HyMeRa Production

Selamat Datang, Welcome, Assalamu'alaikum ahlan wa sahlan, ようこそ , Hoan nghênh, Xush kelibsiz, Laskavo proschmo, Le amogetswe, ยินดีต้อนรับ, Maligayang pagdating, வாங்க, Wilkomme, Välkomna, Bienvenidos, Karibu, Dobrodošli, Vitajte, Добро пожаловать, Bun venit, Bem-vindos, Velkommen, tavtai morilogtun, Salve, Қош келдіңіз!, 환영합니다, Benvenuti/e, सवागत हैं, Willkommen, Bienvenue, Vítáme vás, 歡迎光臨, 欢迎光临, Добре заварили, Dobrodošli, (translation by omniglot.com)

Kamis, 19 April 2012

Stres Masalah Ekonomi Sebabkan Bunuh Diri

Bunuh diri, sebuah fenomena miris yang makin banyak terjadi di Indonesia. Setiap tahun, angka bunuh diri semakin meningkat dan dilakukan dalam berbagai rentang usia. Anda mungkin masih ingat dengan kasus seorang ibu yang bunuh diri dengan terlebih dahulu memberikan racun kepada anak-anaknya, alasan dia melakukan hal itu, banyaknya hutang dan tekanan ekonomi. Menyedihkan sekaligus menjadi gambaran pada kita semua bahwa tingkat stres akibat masalah ekonomi tak dapat dianggap remeh.
Dilansir oleh Newsmax Health, sebuah studi yang dilakukan pada warga New York City sejak tahun 1990 memberi bukti kuat bahwa bunuh diri erat kaitannya dengan kemerosotan perekonomian. Penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiologymenemukan bahwa tingkat bunuh diri yang dilakukan warga New York meningkat sebesar 29% pada tahun 2006 dibandingkan pada tahun 1992. Padahal, tahun 2006 adalah tahun sebelum terjadi resesi dan krisis ekonomi Amerika Serikat.
"Alasan di balik keputusan individu untuk mengakhiri hidupnya seringkali rumit dan sulit dipahami, bahkan bagi keluarga dan teman-teman mereka," kata peneliti senior Dr. Sandro Galea. "Biasanya, keputusan untuk mengakhiri hidup merupakan kombinasi dari beberapa masalah, misalnya saja stres akibat tekanan ekonomi menjadi alasan paling sering dilakukannya bunuh diri. Tekanan ekonomi dapat melukai harga diri seseorang dan membuat keterbatasan penerimaan bantuan, termasuk perawatan kesehatan mental,"
Angka statistik bunuh diri yang dikumpulkan New York City Medical Examiner  menunjukkan bahwa masalah pengangguran, lapangan kerja, jam kerja dan tagihan kolektor pajak juga bertanggung jawab pada keputusan seseorang untuk mengakhiri hidupnya.  Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini bisa menjadi gambaran bagi pihak penyedia layanan kesehatan mental untuk merangkul semua golongan masyarakat. Terlebih lagi pada saat perekonomian di suatu negara mengalami goncangan.
Kita tahu bahwa fenomena bunuh diri akibat masalah ekonomi juga makin sering terjadi di Indonesia, dan semoga saja tidak ada kejadian serupa seiring dengan kenaikan harga barang-barang dan biaya hidup yang pada akhirnya memengaruhi sisi perekonomian seseorang.
(vem/yel)
Sumber : http://www.vemale.com/body-and-mind/segar-dan-rileks/12586-stres-masalah-ekonomi-sebabkan-bunuh-diri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hanya manusia yang berkomentar baik dan sopan. sedangkan hanya binatang yang berkomentar buruk dan tidak memikirkan perasaan dan tidak menghargai orang lain... Trima kasih....