Oleh EW Andayani
Ini kesekian kali aku bertemu dengan
seorang pengamen yang kebetulan selalu muncul di jam-jam yang sama, di
atas bis yang mengantarku pulang setiap malam. Aku baru bekerja 3 bulan
ini, dan baru 3 bulan pula rutin melintasi jalan ini dengan rute bis
yang sama. Pengamen ini segera menarik perhatianku, karena walaupun
bibirnya menghitam kelam karena rokok dan celana serta bajunya nampak
usang, dia berusaha tampil bersih dan rapi. Lagu-lagunya tak pernah
cemen, dan dinyanyikan dengan lantang tak merayu. Satu lagi, sorot mata
itu.. tajam dan kuat.
Suatu kali, bis setengah kosong dan karena
itu dia punya waktu luang untuk sekedar duduk menanti pemberhentian
berikutnya. Aku beruntung dia duduk di dekatku, dan aku memulai
percakapan. Beberapa kali bertemu dalam satu minggu selama
berbulan-bulan membuatku tidak sulit untuk mulai menyapanya. Aku
membicarakan tempat pemberhentian berikutnya, jalur bis yang dia
tumpangi, cuaca dan hal-hal ringan lainnya. Tapi sepertinya orang ini
tahu aku menganggapnya tidak biasa, dan dia tidak keberatan untuk
membuka sedikit cerita masa lalunya.
"Aku dulu tentara." Dia
memulai cerita dengan tiga kata yang membuatku paham mengapa tampilannya
berbeda dari pengamen pada umumnya. Sejak remaja, dia sudah menunjukkan
bakat menembak yang luar biasa. Bersama teman dan pamannya dia sering
berburu ke hutan, mengasah ketepatan bidikan demi bidikan. Namun dia
sendiri tidak pernah membunuh hewan dengan berlebihan. Setiap hewan
buruan dia pastikan tidak tersia-sia dengan menjadikannya bahan makanan.
Tibalah
kesempatan untuk menyalurkan bakatnya guna melindungi orang lain ketika
ada tawaran untuk menjadi tentara. Segera setelah selesai masa
pendidikan dia menjadi sniper ulung. Negara mengirimnya ke medan perang;
dan di sinilah dirinya diuji. Dia tidak pernah menembak orang, di medan
peperangan pikirannya sangat kacau karena tidak mau membunuh orang yang
tidak bersalah. Puncaknya adalah ketika dia harus menembak seorang
wanita yang sedang berjalan di dekat anak kecil. Dia tidak bisa
melakukannya. Wanita itu tidak melakukan apa-apa, dan ada anak kecil
bersamanya. Matanya basah karena air mata dan karena itu dia tidak bisa
membidik dan akhirnya menolak untuk menembak.
Segera dia
dibebastugaskan, menjalani hukuman karena menolak perintah dan masuk
daftar hitam sehingga tidak bisa mendapatkan pekerjaan di mana pun. "Aku
tidak menyesal.. Sampai hari ini pun aku tidak menyesal," jawabnya
ketika kutanya bagaimana perasaannya sekarang. "Aku ingin melindungi
orang, bukan membunuhnya. Sekarang aku tidak punya tempat tinggal dan
makan dari mengamen, tapi aku masih bisa hidup dengan cara seperti ini.
Jika dulu aku menembak wanita tak bersalah itu, aku tidak akan bisa
hidup lagi. Aku yakin."
Aku termangu mencerna kalimat-kalimat
terakhirnya. Bagi sebagian orang hidup di jalanan dan tidak bertempat
tinggal adalah akhir dari hidup. Mungkin lebih baik mati daripada
menjalani hidup yang demikian. Banyak orang memilih lebih baik mengambil
kehidupan dan kebahagiaan orang lain agar bisa tetap hidup enak dan
terhormat. Pengamen ini membuktikan dirinya jauh lebih mulia dari banyak
orang.
Sumber : http://www.vemale.com/inspiring/lentera/13006-senjata-itu-tak-pernah-memakan-korban.html
All About Free, Software and Game Updates, Story, Music, PV/MV Subs, Life Style, Info, Science, Tips And Tricks.
HyMeRa Production
Selamat Datang, Welcome, Assalamu'alaikum ahlan wa sahlan, ようこそ , Hoan nghênh, Xush kelibsiz, Laskavo proschmo, Le amogetswe, ยินดีต้อนรับ, Maligayang pagdating, வாங்க, Wilkomme, Välkomna, Bienvenidos, Karibu, Dobrodošli, Vitajte, Добро пожаловать, Bun venit, Bem-vindos, Velkommen, tavtai morilogtun, Salve, Қош келдіңіз!, 환영합니다, Benvenuti/e, सवागत हैं, Willkommen, Bienvenue, Vítáme vás, 歡迎光臨, 欢迎光临, Добре заварили, Dobrodošli, (translation by omniglot.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hanya manusia yang berkomentar baik dan sopan. sedangkan hanya binatang yang berkomentar buruk dan tidak memikirkan perasaan dan tidak menghargai orang lain... Trima kasih....